Sistem Pendidikan

Karakteristik kurikulum PSTG bersesuaian dengan SKKNI dan KKNI Informasi Geospasial serta dikembangkan berdasarkan masukan para stakeholder (institusi pengguna lulusan TG, para alumni, instansi yang bekerjasama dengan Program Studi Teknik Geodesi dan masyarakat umum) sehingga muatan kurikulum akan selaras dengan kebutuhan kompetensi lulusan TG dan mengimbas pada Capaian Pembelajaran Lulusan yang diinginkan. Oleh karena itu, kurikulum PSTG senantiasa direvisi mengikuti perkembangan pasar yaitu revisi kurikulum tahun 2012, 2017 dan penyesuaian Kurikulum Kampus Merdeka tahun 2020. Kurikulum PSTG tahun 2017 sudah mengadopsi kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE). Kurikulum PSTG, sebagaimana program studi lain di bawah fakultas teknik dirancang untuk memberikan kemampuan lulusan PSTG utamanya di bidang survei dan pemetaan. Untuk menyelaraskan dengan integrasi bidang ilmu lain, kurikulum TG diperkaya dengan muatan manajemen dan kepeminatan yang sedang dibutuhkan di pasar kerja seperti kemampuan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, survei fotogrametri dan penginderaan jauh, sistem informasi geografis, survei hidrografi dan pertanahan, baik di dunia industri IG maupun di instansi pemerintah.

PSTG melakukan pengukuran tingkat pemenuhan CPL setiap tahun melalui workshop tahunan untuk menentukan tindak lanjut perbaikan dalam rangka pemenuhan CPL. Hasil assessment digunakan untuk merevisi kurikulum lima tahunan sekali. Refleksi perubahan yang ada di masyarakat melalui tracer study diadopsi dalam revisi kurikulum lima tahunan tersebut. Setiap perubahan yang dilakukan, mempertimbangkan kebutuhan pasar terkini dengan melibatkan para alumni dan stakeholder yang terkait dengan lulusan PSTG. Melalui pembaruan-pembaruan ini, diharapkan kemampuan lulusan dalam memahami konsep dasar, aplikasi maupun desain dalam bidang Teknik Geodesi akan lebih baik lagi.

Dari hasil evaluasi diri kurikulum di tahun 2017, dipandang perlu untuk lebih menguatkan:

  1. Aspek rekayasa dengan mengoptimalkan Tugas Besar survei dan pemetaan sebagai CPL yang harus terpenuhi (ada batas minimum yang harus dipenuhi setiap mahasiswa)
  2. Aspek penilaian dalam rubrik diperbaiki terutama rubrik tugas besar, rubrik penilaian KP dan TA.
  3. Pengayaan materi K3 di dalam kurikulum baru (SKS lebih besar), perubahan substansi pembahasan di MK seperti MK terkait survei yang menerapkan konsep K3, pengenalan konsep pengembangan masyarakat sebagai wahana untuk mengintegrasikan aspek sosial dalam rekayasa teknik geodesi

Kelemahan yang ditemukan pada akreditasi sebelumnya yaitu pengukuran capaian pembelajaran hanya difokuskan pada tingkat MK sehingga kompetensi yang ingin dicapai belum tergambar dengan baik. Selain itu sinkronisasi antar mata kuliah belum terpola dengan baik. Untuk itu perlu optimalisasi tugas besar hanya yang semula sebagai pemenuhan tugas, diganti dengan adanya standar minimum yang harus dipenuhi oleh tugas besar sebagai bagian penting dalam evaluasi capaian pembelajaran lulusan. Perubahan dalam penyusunan silabus juga mengalami perubahan pada Kurikulum 2012 di mana istilah Satuan Acara Perkuliahan (SAP) diubah menjadi Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Secara spesifik, hal yang membedakan antara SAP dan RPS adalah adanya capaian pembelajaran pada RPS. Di dalam RPS dimuat secara jelas Capaian Pembelajaran mata Kuliah dan Capaian Pembelajaran Program Studi. Selain itu dengan adanya review RPS (dulunya bernama GBPP-SAP) dapat menjembatani hubungan dan tindak lanjut antar MK di semester yang berbeda.

Adapun gambaran secara umum terkait analisis SWOT (Strength-Weakness-Opporturnity-Treat) dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Analisis SWOT PSTG

                                          Internal Eksternal
( + ) Kekuatan (Strength)

 

1. Melalui sistem SNMPTN, SBMPTN dan UM dapat memperoleh calon mahasiswa yang berkualitas dari berbagai daerah di Indonesia khususnya dari wilayah luar Jawa (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi).

2. Tingkat keketatan persaingan untuk menjadi mahasiswa di Departemen Teknik Geodesi relatif tinggi. Hal ini didukung oleh minimnya program studi Teknik Geodesi di PTN secara nasional dan akreditasi BAN PT untuk program studi Teknik Geodesi adalah A (masuk dalam jajaran 4 prodi Teknik Geodesi PTN terkemuka secara nasional ITB-ITS-UGM-UNDIP).

3. Lapangan pekerjaan yang sangat luas (ditunjang program pemerintah “One Map One Policy” dan waktu tunggu untuk mendapat pekerjaan relatif singkat (berkisar <3 bulan).

4. Semakin banyak keterlibatan mahasiswa dan dosen dalam berbagai kegiatan akademik dan non akademik di tingkat Nasional dan Internasional.

5. Kepuasan pemanfaatan lulusan dan keberlanjutan penyerapan lulusan oleh dunia industri terutama bidang teknik dan informasi geospasial.

 

( + ) Peluang (Opportunity)

 

1. Keterlibatan Departemen Teknik Geodesi UNDIP dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan strategi bidang informasi geospasial oleh Pemerintahan Daerah maupun Pusat akibat penerapan kebijakan dan pengembangan One Map One Policy oleh Pemerintah serta implementasi UU Informasi Geospasial (UU no 4 Tahun 2011).

2. Harmonisasi dan sinkronisasi kurikulum bidang geodesi dan geomatika di tingkat ASEAN melalui koordinasi Badan Informasi Geospasial (BIG).

3. Tingginya kebutuhan pengembangan sumber daya yang berkompeten di bidang informasi geospasial melalui peningkatan kualitas lulusan bidang geodesi dan geomatika serta kompetensi surveyor berlisensi.

4. Semakin tingginya wawasan pengetahuan masyarakat dan animo calon mahasiswa terhadap keberadaan program studi Teknik Geodesi di Universitas Diponegoro dan mutu lulusannya.

5. Tumbuhnya kesadaran peningkatan kompetensi bagi setiap dosen seiring tuntutan dan kebutuhan pengembangan Departemen Teknik Geodesi.

 

( – ) Kelemahan (Weakness)

 

1. Tingkat kompetensi sumber daya manusia baik dosen maupun tenaga   administrasi kependidikan dan keuangan yang belum optimal baik dalam segi rasio dan kemampuan.

2.  Keterbatasan sarana dan prasarana kependidikan yang layak.

3. Semakin meningkatnya jumlah unit dan nilai RGA (Revenue Generating Activities).

4. Semakin meningkatnya efektivitas dan efisiensi tata kerja dalam pengembangan dan komunikasi institusi.

5. Semakin meningkatnya efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

 

( – ) Tantangan (Treat)

 

1. Semakin ketatnya regulasi dan sertifikasi surveyor di bidang geodesi dan geomatika untuk mengantisipasi perkembangan era industri 4.0 dan persaingan global.

2. Percepatan perkembangan ilmu dan teknologi geodesi dan geomatika yang diakselerasi oleh kemajuan internet dan globalisasi.

3. Pertumbuhan kebutuhan tenaga ahli geodesi dan informasi geospasial yang sangat tinggi terutama di daerah yang berkembang (1000 tenaga ahli geospasial per tahun).

4. Pertumbuhan program studi teknik geodesi secara nasional baik oleh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

5. Semakin tingginya tuntutan kompetensi alumni oleh stakeholder dibidang informasi geospasial sesuai tuntutan era revolusi industri 4.0.