Semarang, 30 Juli 2025 – Dalam suasana penuh semangat kolaborasi, Sarasehan APTTEGGI 2025 sukses diselenggarakan bersamaan dengan acara Seminar Internasional GEOICON 2025 oleh Departemen Teknik Geomatika ITS di Surabaya pada Rabu, 23 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi momen penting bagi para pengelola program studi Teknik Geodesi dan Geomatika dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk duduk bersama dan membahas arah pengembangan pendidikan ke depan. Sarasehan ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai perguruan tinggi, antara lain: ITB, UGM, ITS, UNDIP, ITERA, UPN Yogyakarta, ITN Malang, Universitas Winaya Mukti, Universitas Pakuan, UNITOMO, dan Universitas Indo Global Mandiri Palembang. Selain itu, hadir pula Bapak Yusuf H. P., S.T. sebagai perwakilan dari industri sekaligus representasi Ikatan Surveyor Indonesia.
Sarasehan dimoderasi oleh Dr. L. M. Sabri, S.T., M.T., Ketua Program Studi S1 Teknik Geodesi Universitas Diponegoro. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar seluruh program studi di bawah naungan APTTEGGI dapat memberikan dampak positif yang lebih kuat bagi negara dan masyarakat. Menurutnya, tantangan dunia pendidikan saat ini tidak hanya sebatas pada peningkatan mutu akademik, tetapi juga pada bagaimana lulusan dapat menjawab kebutuhan dunia kerja secara langsung.
Pendidikan yang Membentuk Pembelajar Mandiri dan Standarisasi sebagai Bench Mark
Sesi materi pertama disampaikan oleh Prof. Ir. Leni Sophia Heliani, S.T., M.Sc., D.Sc., IPU dari Universitas Gadjah Mada, yang juga merupakan asesor LAM Teknik dan IABEE. Ia menekankan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah membentuk mahasiswa menjadi pembelajar mandiri, bukan hanya sekadar menyelesaikan kurikulum.
“Di era Industri 4.0, pekerjaan cenderung bersifat hibrida. Lulusan dituntut memiliki kombinasi keterampilan dari berbagai bidang, dengan porsi soft skill yang dominan,” jelas Prof. Leni.
Beliau juga mengingatkan pentingnya penyesuaian kurikulum yang tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dr. Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc. dari Institut Teknologi Bandung menyampaikan perlunya standarisasi di berbagai aspek pendidikan Teknik Geodesi dan Geomatika. Beberapa hal yang perlu dibahas bersama, antara lain: Standar profil lulusan, Standar kurikulum secara rinci, Standar pengukuran dan evaluasi, dan Penentuan prioritas dalam proses standarisasi berbagai jenjang pendidikan.
Dosen senior yang biasa dipanggil Pak Piping juga mengusulkan agar pembahasan dilakukan secara bertahap dan melibatkan pemangku kepentingan dari industri atau instansi terkait.
Karakteristik lulusan dan Peran Asosiasi Prodi
Sebagai tuan rumah acara, Dr. Khomsin, S.T., M.T., Kepala Departemen Teknik Geomatika ITS, turut menyampaikan pandangannya. Menurutnya, perlu kejelasan dalam membedakan lulusan sarjana dan diploma.
“Apabila lulusan sarjana dituntut langsung siap kerja, lalu apa bedanya dengan lulusan diploma? Ke depan, kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan sertifikasi dan uji kompetensi,” ujarnya.
Dr. Khomsin juga menyarankan agar sertifikasi dapat diberikan secara bertahap selama mahasiswa menjalani masa studi.
Dr. Danar Guruh Pratomo, ST, MT, Ph.D. – pakar hidrografi ITS yang juga menjabat sebagai Bendahara APTTEGGI menambahkan bahwa asosiasi prodi perlu menjalankan fungsinya secara aktif sebagai fasilitator dalam pengembangan mutu pendidikan.
“APTTEGGI perlu membina anggotanya dan memastikan semua program studi mendapatkan ruang untuk terlibat dalam proses perumusan standar,” ujarnya.
Langkah-Langkah Strategis untuk Ke Depan
Dr. Sabri kembali menegaskan pentingnya peran APTTEGGI dalam menjembatani antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Ia menyampaikan beberapa poin penting yang perlu menjadi fokus bersama, antara lain: Penyusunan standar profil lulusan, Perumusan kurikulum yang rinci dan relevan, Penentuan sistem Capaian Pembelajaran Lulusan, Standarisasi jenjang pendidikan, Diskusi yang lebih intensif dengan pengguna lulusan dan asosiasi profesi. Menutup sarasehan, Dr. Sabri menyampaikan seluruh hasil diskusi dalam sarasehan ini akan digodok kembali dan difinalisasi dalam sesi khusus dalam Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 yang akan diselenggarakan di Malang. Secara khusus, beliau menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang luar biasa dari Departemen Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Sampai jumpa di Kota Malang.




